Featured Post

Love At The First Sight

Anak Kecil Yang Dikutuk

 

Di sebuah desa terpencil hiduplah seorang anak laki-laki bernama Kai. Kai memiliki mata yang penuh keceriaansenyum yang tak pernah pudar dan hati yang kaya akan kebaikan. Namun, kehidupan bahagianya terhenti, desa yang ia tinggali sedari lahir hingga tumbuh seketika dihantui oleh kutukan yang membuat semua anak-anak di desa itu jatuh sakit.

Kai sendiri tidak mengerti apa yang terjadi. Ia merasa kejadian ini adalah janggal. Sebab tak mungkin semua anak desa jatuh sakit secara bersamaan. Dengan rasa penasaran yang bergelora, serta tekad kuatnya untuk mengungkap misteri dibalik kutukan itu tidak luntur.

Pada suatu hari, Kai memutuskan untuk mencari jawaban dari rasa penasarannya itu. Ia meninggalkan desa, lalu mengembara ke sebuah hutan yang dijuluki sebagai “Hutan Larangan atau dikenal juga dengan warga desa sebagai hutan yang lebat dan misterius. Warga desa tak pernah ada yang berani untuk menginjakkan kakinya di sana, bahkan mendekatinya saja pun bulu kuduk terasa bangun karena takut. Konon para tetua desa pernah mengatakan, jika ada yang berani untuk mencoba memasuki hutan larangan tersebut, niscaya tak akan pernah menemui jalan keluar. Meski dilarang keras oleh para tetua desa, dengan hati yang penuh rasa takut dan keraguan, rasa penasarannya lebih besar. Ia yakin hanya dengan menemukan sumber kutukan itu, ia bisa menyelamatkan dirinya dan desanya dari kutukan yang menghantui.

Dengan hati penuh tekad, Kai menyelinap masuk ke dalam hutan larangan tanpa pengetahuan siapapun. Dengan langkah yang berani, ia menjelajahi setiap tikungan dan sudut hutan yang lebat. Tetapi nyatanya, semakin dalam ia memasuki hutan, semakin gelap dan juga menyusahkan perjalanan. Pepohonan rimbun menutupi langit, membuat sinar matahari hanya sedikit menerobos. Namun Kai tak gentar, ia melangkah dengan tekad yang kokoh.

Setelah berjalan cukup jauh, Kai mencoba untuk beristirahat sejenak seraya memperhatikan sebuah tempat yang penuh dengan pohon raksasa dan reruntuhan kuno. Lalu, setelah kembali bertenaga, Kai segera meneruskan perjalanannya.

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, Kai tiba di pinggiran hutan. Ia menemukan seorang wanita tua yang duduk di depan sebuah pondok kecil, dan bergegas menghampirinya untuk bertanya-tanya.

“Wahai nenek, apakah anda tahu tentang kutukan yang menimpa saya dan orang-orang desa.” tanya Kai dengan suara penuh harap.

Wanita itu dikenal sebagai seorang penyihir yang baik.

“Dik, aku tahu tentang kutukan itu.” Jawab sang penyihir seraya mengangguk perlahan.

“Bolehkah Kai tahu, darimana kutukan itu berasal wahai Nenek.” Tanya Kai dengan mata berbinar seraya senyum merayu.

“Kutukan itu datang dari seorang penyihir jahat yang ingin balas dendam pada desa ini.” Kata sang penyihir dengan suara lembut.

Apa yang bisa Kai lakukan untuk menghentikan kutukan ini?” Tanya Kai penuh dengan rasa harap akan jawaban dari penasarannya itu.

Ada jalan tetapi bukan sesuatu yang mudahkau harus menemukan bunga langka yang tumbuh di dalam gua terlarang di lereng gunung tertinggi di Selatan. Hanya bunga itu yang bisa mematahkan kutukan ini.” Jawab sang penyihir.

Kai tidak gentar meskipun mendengar tantangan itu. Dengan langkah yang mantap, Kai memulai pendakiannya. Namun semakin ia mendekati puncak lereng gunung, semakin intens rintangan dan hal-hal yang ia temui. Suara-suara gaib dan keanehan-keanehan alam menjadi pengiring setiap perjalanannya. Kai harus melewati lembah-lembah gelap yang dipenuhi kabut tebal, melewati jujuran-jurang dalam yang terlihat tak berujung dan berhadapan dengan binatang-binatang liar yang tak biasa. Namun semangatnya tidak pernah luntur demi menyelamatkan desanya. Ia terus maju, bertekad untuk mencapai lereng gunung tertinggi itu. Berkat hati tulus dan keberanian, ia dapat melewati semua rintangan tersebut.

Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, Kai tiba di lereng gunung tertinggi. Di sana gua besar terbentang di depan matanya, Kai masuk ke dalam gua itu dengan hati yang penuh keteguhan.

Di dalam gua yang gelap dan menakutkan, Kai menemukan bunga langka yang bersinar dengan keindahan yang luar biasa. Namun sebelum ia bisa meraihnyamuncul seorang penjahit jahat yang menciptakan kutukan itu.

Kau tidak akan pernah membawa bunga itu keluar dari sini!” Seru penyihir dengan suara menggertak.

Kai walau masih seorang anak anak, memiliki keberanian yang besar. Ia tidak gentar meskipun dihadapkan pada ancaman. Dengan keberanian dan kebaikan dalam hati, ia berusaha meyakinkan penyihir jahat bahwa kutukan itu hanya akan membawa penderitaan kepada semua orang.

Kita bisa mengubah takdir, kita bisa memperbaiki kesalahan.” Ucap Kai dengan suara penuh keyakinan.

Melihat kebaikan yang tulus di mata Kai, penyihir jahat itu merasa terguncang. Akhirnyadengan penuh penyesalan penyihir jahat melepaskan bunga langka itu. Kai segera bergegas kembali ke desanya.

Ketika Kai tiba di desa, ia segera menggunakan bunga langka itu untuk memecahkan kutukan yang telah melanda desanya dengan cara pembakaran aroma. Bunga langka dibakar untuk menghasilkan aroma yang memancarkan energi positif atau menetralisir energi negatif dari kutukan. Dan seperti ajaib perlahan kutukan itu mulai terpecahanak-anak di desa mulai pulih dari penyakit misterius itu.

Desa kembali dipenuhi oleh kebahagiaanperasaan takut dan kecemasan yang melingkupi desa perlahan-lahan menghilang. Kai dihormati sebagai pahlawan oleh penduduk desa. Namun yang lebih penting baginya adalah melihat senyuman kembali di wajah anak-anak yang kini dapat bermain dan tertawa lagi.

Ketika malam tiba, Kai kembali ke pondok penyihir tua untuk mengembalikan bunga langka itu. Sang penyihir tersenyum lembut saat menerima bunga itu dari tangan Kai.

Dengan kebaikan hatimukau telah mengubah takdir.” Ucap penyihir tua.

Apakah sekarang Desa kita aman dari kutukan ini? tanya Kai.

Sang penyihir menggeleng lembut. “kutukan itu bisa muncul kembali. Namun dengan kebaikan dan keberanian sepertimu, kau akan selalu menemukan jalan untuk menghadapinya.”

Lalu apa yang seharusnya aku lakukan dengan bunga ini sekarang?” Tanya Kai.

Simpanlah bunga itu, Kai. Kebaikan hatimu telah membuat bunga ini berharga. Suatu hari nanti, ketika dunia membutuhkan kebaikan yang sama seperti yang kau tunjukkan, bunga ini akan kembali bersinar”.

Kai mengangguk dengan penuh pengertian. Ia meninggalkan pondok penyihir sambil membawa bunga itu dengan penuh kelegaan. Meskipun kutukan itu bisa kembali, ia yakin bahwa kebaikan dan keberaniannya akan selalu menjadi senjata terkuatnya serta ketulusan hatinya akan membantu melawan segala kegelapan di masa depan.

Dari saat itu, Kai menjalani hidup dengan penuh kebaikan dan keberanian. Ia tumbuh menjadi sosok yang dicintai oleh semua orang di desa dan bunga langka yang disimpannya menjadi lambang dari kebaikan yang tak pernah pudar di hatinya. Kebaikan yang akan selalu siap membantu dan menerangi kegelapan di manapun ia berada.


Penulis: Airin Ramadhani

Tidak ada komentar