7 Hari di Rumah Baru
Suasana yang dingin selepas hujan mengisi
udara sejuk ke dalam dada. berada di mobil, dalam perjalanan menuju rumah baru,
Aku melihat ke arah orang tua dan adik-adikku, mereka semua tersenyum dan
bersemangat.
“Kita benar-benar beruntung mendapatkan
rumah seperti ini,” ucap ayahku dengan suara penuh kebanggan. “ini akan menjadi
tempat yang indah untuk kita tinggali.”
Aku dan kedua adikku mengangguk antusias.
Tidak sabar untuk melihat dan bermain dihalaman rumah yang dikabarkan luas itu.
Ibu tersenyum lebar, “Kita akan membuat banyak kenangan indah dirumah ini
sebagai sebuah Keluarga.”
Tepat pada hari Senin, 25 Desember 2023.
Aku beserta Keluargaku pindah ke Rumah baru. Kami tiba dirumah baru dengan
perasaan senang yang memuncak. Halamannya benar-benar luas, terdapat sebuah
pohon besar didepannya.
“Sepertinya bagus untuk menaruh sebuah
ayunan disana, batangnya kokoh untuk diikat sebuah tali ayunan” aku tersenyum
dengan senang membayangkan hal-hal asik yang bisa kami lakukan nanti.
Aku melihat rumah megah yang berdiri
dengan kokoh didepanku. Jendela-jendela besar dan langit-langit yang tinggi
memancarkan cahaya lembut ke luar. Rumahnya besar dan megah terletak di pinggir
Kota, cukup jauh dari pemukiman warga yang lain.
Ayah berseru memanggilku sambil melampar
kunci rumah ke adikku yang laki-laki, Danil namanya. tanpa pikir panjang ia
memutar kunci dan berlari masuk kerumah. Melihatnya aku hanya bisa tersenyum
sambil menggelengkan kepala dan segera berjalan
menghampiri ayah yang sibuk mengotak atik barang di bagasi mobil.
“Abang, bawa koper-koper ini kedalam.
Biar ibu yang bawa perlengkapan dapur, ayah akan bawa barang sisanya” ucap ayah
yang masih sibuk menunjuk barang bawaan kami.
Aku segera menggangguk dan menjalankan
perintah ayah. Saat pintu terbuka, aku disambut oleh ruang tamu yang luas dan
indah. Lantai granit yang bersih dan tampak berkilau memberikan efek mewah
dengan furnitur sentuhan klasik layaknya rumah kerajaan tempo dulu.
“Wah...kukira prabotan dapurnya bakalan
terlihat tradisional, ternyata aku salah! Banyak alat-alat modern. Bahkan ada
mesin cuci piring” seruku dengan penuh kekaguman saat melihat dapur yang luas
dengan peralatan modern yang menggoda.
Aku tidak henti-hentinya tersenyum
senang, Rumah ini memiliki empat kamar tidur yang akan menjadi tempat kami
bermukim. Tiga kamar terletak dilantai bawah, sementara satu kamar tidur
terletak dilantai atas. Selain itu, rumah ini juga dilengkapi dengan dua kamar
mandi yang luas, sebuah ruang tamu yang indah, ruang keluarga yang nyaman dan
sebuah dapur yang luas. Rumah ini juga dilengkapi sebuah basement, tempat
ibu mencuci pakaian penghuni rumah.
Aku berjalan menuju tangga bergoreskan aksara lama yang langsung
mengarah ke lantai atas rumah. Saat aku mencapai lantai atas, aku melihat
sebuah kamar tidur yang dikelilingi jendela-jendela besar yang memungkinkan
sinar matahari dapat menyinari seisi ruangan.
“Kamar ini sangat bagus, aku dapat
membayangkan bagaimana aku akan mengatur meja belajar didekat jendela dan
menikmati pemandangan sekitar saat belajar. bahkan balkon kamar, mengarah
langsung kehalaman luas rumah”
Aku turun kelantai bawah dengan antusias
seperti ada bom yang segera meledak dalam diriku. aku segera melangkah ke
dapur, melihat Ibu sedang sibuk mengatur meja makan.
“Ah ternyata sudah waktunya makan Malam”
Jam besar di ruang tamu ternyata sudah
berdenting sejak tadi tetapi kami tidak sadar saking senangnya berkeliling
dirumah besar ini.
Kami duduk mengelilingi meja makan dan
berterimakasih atas rumah baru yang indah ini. Namun, ditengah kegembiraan. Aku
tidak sengaja melihat sekelebat bayangan masuk ke basement yang terletak
diujung dapur didekat gudang. Ada sedikit rasa takut dan kaget melintas
dibenakku. Aku segera menepisnya sebagai khayalan semata dan menyambut masa
depan yang segera dimulai di rumah baru kami.
Hari Kedua. Selasa, 26 Desember 2023
Cahaya matahari masuk dengan lembut ke dalam rumah memberikan kehangatan
bagi orang yang terkena sinarnya. Aku
sedang libur kuliah, kampusku terletak di luar kota tepatnya di ibu kota
Jakarta. Sekarang kami sedang menikmati sarapan nasi goreng hangat buatan Ibu.
Ayah dan Ibu bekerja di RSUD ( Rumah Sakit Umum Daerah), Sementara kedua adikku
Danil dan Raya duduk dibangku kelas 6 SD dan 3 SD. Sekolah Dasar itu berjarak 1
KM dari rumah. Alasan terbesar mengapa Ayah memilih rumah ini agar dekat dengan
sekolah kedua adikku berada.
“Abang tidak apa-apa kan kalau sendiri
dirumah? Ibu punya banyak pasien hari ini dan Ayah ada jadwal Operasi” ucap ibu
sembari menuangkan nasi goreng dipiring kosongku.
“Tidak apa-apa Bu, Abangkan sudah besar dan juga Abangkan laki-laki. Jadi, tidak masalah kalau harus sendirian dirumah.”
Aku menjawab santai perkataan Ibu, kedua
adikku tampaknya iri melihat libur jangka panjangku.
“Kok, Abang lama banget liburnya Ibu!
Adek juga mau libur lama seperti Abang.” Raya berseru kepadaku dengan nada
marah, mulutnya manyun mayun seperti moncong bebek memberikan efek imut pada
gadis kecil 8 tahun itu. Mendengarnya aku tertawa keras dan senang, tak
henti-hentinya Danil menepuk pundakku menyuruh berhenti.
Jam Besar
di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 6.45 WIB, sudah waktunya
keluargaku berangkat melaksanakan aktivitas sehari-hari. Aku mengantarkan
keluargaku kedepan gerbang dan mengatakan untuk segera pulang ke rumah jika
sudah selesai.
Setelah menutup Gerbang rumah, aku
berjalan mengambil tali tambang yang berada di Garasi dan berjalan menuju pohon
rindang besar di halaman rumahku. Pohon itu memiliki batang yang tinggi dan
lebat, dengan ranting- ranting yang menjuntai ke segala arah. Daun-daunnya
berwarna gelap memberikan kesan sedikit mencekam dan dingin. Aku mencoba
mengabaikan rasa takut itu dan memikirkan bagaimana seutas senyuman terpatri di
bibir gadis kecil manis itu.
“Raya pasti senang sekali kalau aku
membuat sebuah Ayunan khusus untuknya. Kami juga bisa bisa bermain disini”
Aku tersenyum dengan bangga tanpa sadar
mendengar suara gadis cekikikan dibelakangku. Tersentak mendengarnya, aku segera menoleh kebalakang.
“Apa yang barusan itu? Kok ada suara
anak-anak? Raya kan lagi sekolah. Mungkin halunasiku saja karena senang
memikirkan bagaimana perasaan Raya melihat Ayunan ini” aku segera menepis
ketakutanku dan melanjutkan pekerjaan itu.
Hari Ketiga. Rabu, 27 Desember 2023
Hari ini Raya jatuh Sakit, badannya
sedikit hangat dan ingusnya terus memaksa keluar dari hidung bulat kecil itu.
Sedikit lucu melihatnya tapi kasihan gadis kecil manis harus merasakan jatuh
sakit. sementara Ibu dan Ayah tidak bisa izin dari pekerjaanya. Aku
mengacungkan diri untuk menjaga Raya dirumah agar Ibu dan Ayah tidak perlu
kawatir dengan kesehatan Raya. Ibu melihatku dengan Bangga.
“Kamu tidak mau lanjut ke jurusan
Kedoteran seperti Ibu dan Ayah saja bang?”
Ibu bertanya dengan nada sedikit jahil,
aku menjawab dengan memutar mataku yang lelah mendengar pertanyaan ibu. Sejak
aku duduk dibangku SMA selalu menawarkanku jurusan itu, tetapi aku tidak mau
karena jurusan Ilmu Komunikasi lebih menggoda.
“Ah Ibu masih saja, Aku suka jurusanku
sekarang Bu. Aku juga bentar lagi mau lulus kok. Sekarang juga udah semester 6.
2 Semester lagi aku bakalan lulus”
Mendengar itu, ibu hanya tersenyum
menahan tawanya, Aku segera menyuruhnya untuk cepat-cepat berangkat agar tidak
telat. Setelah semua orang rumah pergi, meninggalkan hanya aku dan Raya di
Rumah besar ini. Raya dari dalam Kamarnya berada didekat dapur memanggilku.
“Abang, adek bosan dalam kamar. Kita main
yuk ke ayunan.”
Raya membujukku sambil menggoyangkan
tanganku yang berada disebelahnya. Aku tersenyum dengan lembut.
“Boleh, tapi sebentar saja ya.”
Mendengar hal itu Raya segera memelukku
dan langsung berlari keluar rumah. Melihat Raya aku hanya bisa menggelengkan
kepala heran baru beberapa menit yang lalu, ia mengeluh sakit ke ibu. Raya
segera menaiki Ayunan yang kubuat kemarin, aku mendorongnya dengan pasti dan
perlahan. Suasanya sejuk dan teduh padahal jam menunjukkan pukul 11.30 WIB
dimana matahari panas akan menunjukkan diri.
Tiba-tiba Ponsel pintar dikamarku
berdiring, suaranya terdengar sampai ke halaman rumah karna meja belajar
kuletakkan tidak jauh dari balkon. Aku meminta izin ke Raya untuk memeriksa
ponsel, memintanya untuk tidak kemana-mana dan menungguku disini. Ia menggangguk
setuju. Kemudian aku berjalan ke dalam rumah dan menaikki tangga.
“Oalah, pesan dari Grup kelas ternyata,
kukira hal penting.”
Setelah melihat notifikasi ponsel, aku
berjalan menuju balkon dan melihat Raya dengan seutas senyum manis tergambarkan
diwajahnya. Tetapi ada keanehan yang terjadi, ia seperti sedang berbicara
sendiri. Aku segera turun kebawah Memanggil Raya.
“Adek, Masuk yuk. Kamu udah lama banget
diluar”
Raya segera menghampiriku, aku
mengedongnya dan melangkah masuk kerumah.
Hari Keempat. Kamis, 28 Desember 2023
Keanehan makin menjadi-Jadi, sedari malam
aku tidak tidur dengan tenang di kamar. Pintu kamarku terus menerus ada yang
mengetuk.
“Padahal dijam ponselku sudah menunjukkan
pukul 1 dini hari. Danil dan Raya pasti tidak berani keatas tengah malam
begini, mungkin Ibu atau Ayah” pikirku dalam hati membuang pikiran burukku.
Setelah pintu terbuka, hanya terdapat koridor sepi dan gelap terpampang di depan. Rasa takut mulai merasuki seluruh tubuhku. Dengan cepat aku segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
Hari Kelima. Jum’at, 29 Desember 2023
Aku mulai memberanikan diri untuk
menceritakan hal-hal aneh yang kualami kepada orang tuaku. Mendengar itu,
ternyata bukan hanya aku saja yang merasakan hal-hal aneh dirumah ini, ibu
mengatakan dengan hati hati kejadian yang ia alami di basement ketika mencuci.
“Ibu kira hanya Ibu yang mengalaminya,
kemarin sore Ibu sibuk memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Tiba-tiba
ada yang mencolek bahu ibu. Awalnya ibu mengira itu kamu atau ayahmu yang
jahil, kedua adikkmu mana berani kebawah karna dari awal kita pindah mereka
takut kesini. Ketika ibu menoleh kebalakang ternyata tidak ada apa apa dan itu
berlanjut tiga kali, setelah menoleh kebalakang tiga kali ada suara anak anak
tertawa.”
Bulu kudukku bergidik, seram sekali
mendengarnya. Ayah juga merasakan hal yang sama, ia suka keluar malam hari
untuk merokok di depan teras rumah, ia bercerita bahwa ia tidak sengaja melihat
sekelebat bayangan masuk kedalam rumah. Tanpa pikir panjang, Ayah segera masuk
ke dalam rumah dan mencari bayangan misterius itu dan ternyata mengarah ke
basement. Ayah mengikuti kebawa tanpa
aba-aba yang jelas pintu basement tiba-tiba tertutup. Sedikit panik ayah
mencoba mendobrak pintu, Namun tidak dapat terbuka. Melihat sebuah palu
disebelahnya. Ayah mulai menghancurkan ganggang pintu dengan keras. Dan Yap!
Kerja keras Ayah terbayar. Pintu basement dapat terbuka dan segera melangkah
naik keatas.
Hari Keenam, Sabtu 30 Desember 2023
Kami memutuskan untuk tidur bersama,
tidak ada yang berani tidur sendiri kecuali adik kecilku itu, Raya mengatakan
bahwa ia berani tidur sendiri. Tetapi aku tidak mengizinkannya setelah
mengingat ia berbicara sendiri di ayunan tempo hari. Ibu dan Ayah menggelar
Tikar di Ruang Tamu rumah besar itu, Ayah tidur berada dipojok berdekatan
dengan lorong Rumah, Ibu disamping Ayah, Aku tidur didekat pintu depan dan
Raya, Danil tidur ditengah tengah kami. Sembari menunggu pagi tiba, kami
bergantian berjaga. Aku memutuskan memainkan ponselku yang sedari ku cas penuh.
Kulihat pesan apa yang dikirim temanku kemarin, ada link berita tergambar rumah
buram di pesan itu, penasaran aku melihatnya.
Terkejutnya aku bahwa rumah yang
tergambar di berita itu adalah rumah yang sekarang aku dan kerluargaku
tinggali. Dikatakan diberita itu rumah tersebut sudah 13 tahun kosong semenjak
anak gadis pemiliknya berusia 7 tahun meninggal jatuh dari tangga lantai atas
yang disusul dengan kematian ayahnya yang serangan jantung mendengar kabar
kematian anak sematang wayangnya.
Membaca berita itu membuat aku takut kepayang, segera menunjukkan poselku ke Ibu dan Ayah. Ayah dan Ibu menatap layar ponselku dengan raut wajah yang tergambar dengan jelas. Ayah menatapku dan mengatakan bahwa kami sekeluarga akan pindah rumah besok.
Hari ketujuh, 31 Desember 2023
Langit seperti tidak mendukung kami untuk
Pindah, sejak subuh hujan tidak henti hentinya untuk berhenti. Barang-barang
sudah ibu rapikan dan aku pun sudah mengambil semua barangku dilantai atas.
Raya terus saja menangis tidak mau meninggalkan rumah ini.
“kenapa kita pindah Ibu? Raya suka
disini. Raya juga ada teman yang selalu menemani Raya main dihalaman dan
sekarang ia tuh lagi duduk di tangga ke arah kamar kakak”
Aku mendengar ucapan Raya terkejut, Aku
tidak pernah melihat Raya bermain dengan Warga sini dan yang mengherankan lagi
melihat kearah tangga tidak ada siapa siapa seperti yang dikatakan Raya.
Ayah ternyata juga menyimak percakapan
Raya dan ibu. tanpa pikir panjang Ayah menghidupkan Mobil, membuka bagasi dan
memasukkan barang barang walaupun air hujan membasahi bajunya. Ia segera menyuruh Raya dan ibu untuk masuk deluan ke
dalam mobil, disusul Danil dan kemudian Aku. Ayah menutup pintu dengan keras
dan memutar kunci mobilnya.
Kami pergi dari rumah itu berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali dan aku melihat Raya melambaikan Tangan kecilnya ke rumah dimana sesosok anak kecil duduk di balkon kamarku.
Penulis : Reni Septiani

Tidak ada komentar
Posting Komentar