Featured Post

Love At The First Sight

Air Mata Azada


Jam menunjukkan 03.30 pagi, Paman dan Bibi ‘si mulut jahanam’ datang ke rumah Azada dan Alvaro. Entah apa yang dilakukan paman dan bibinya bertamu di kala menjelang subuh. Dengan Langkah gontai, Alvaro dan Azada membuka pintu rumah. Dengan wajah merah padam, Bibi langsung menampar wajahku dan menendang kaki Alvaro hingga ia jatuh ke lantai.

“Hallo, Al, Zada..” sapa Paman santai.

“Tante kurang hajar sama keponakan tante sendiri. Alvaro kakinya berdarah gara-gara di dorong oleh Tante!!!” bentak Azada kesal.

 “Mentang-mentang kamu sudah 20 tahun, berani melawan Tante? Kamu piker tante bakalan takut dan patuh sama kamu? Nggak bakalan, kamu dan adik kalajengking busuk itu tak pantas tinggal!!! Lebih baik kalian berdua mati menyusul kedua orang tuamu!!!” Kata-kata kasar yang dilontarkan oleh Bibi Rachel menusuk di hati Alvaro dan Azada.

“Kamu mulai hari ini kerja di rumahku!!!” Azada ingin tertawa mendengar perintah bibinya.

“Tante, ngaca dulu deh.. Masa kita keponakannya disuruh membersihkan rumah yang kata orang-orang istana Raja Nabi Sulaiman..” ucap Alvaro tersenyum sinis.

“Berani kamu menghina kami berdua? Ingat kalau tidak ada dirimu, mungkin kamu dan adikmu jelek kayak orang gila itu tidak ada di dunia ini!!!” kata Paman Romeo – suami Bu Rachel.

“Aku nggak takut, Tan, Paman, ingat ya aku sudah tahu kebusukan Tante.. Jadi, kami bisa kok buat lapor ke polisi dan mengambil harta yang kita miliki!!!” ancam Azada membuat Paman dan Bibi ketakutan.

“Pi, jangan percaya sama dia.. Aku tahu kerjaan kamu di hotel papiku, Kak..” Perempuan yang katanya anak kesayangannya, Rissa berlaga sok dia anak dari CEO PT. Diamond Mega. 

“Asal kalian tahu, semua harta yang dimiliki oleh papa dan mama kami bukan milik kalian lagi.. Suatu saat nanti, aku dan Bang Azada akan bongkar.. Ini akua da video tante bertemu dengan dokter bernama Dimas kan? Bicara tentang lamaran dan dokter caper itu sudah beli rumah dan mobil untuk Tante kan? Dan, Paman sudah main di belakang Tante Rachel ya.. Semuanya akan terbongkar termasuk Radit yang Tante dan Paman hidupkan lagi nyawa, padahal kalian tidak tahu jika bermain dengan setan dan jin hukuman di akhirat apa? NERAKA JAHANAM SUDAH MENANTI KALIAN BERDUA!!!” Seketika Alvaro kesurupan, dari kecil ia sudah bisa melihat apa yang orang tak bisa lihat.

“Itu kenapa di rumah Bang Azada?” bisik tetangga heran.

“Sepertinya sedang ada pertengkaran hebat..” ucap tetangga yang memakai daster warna putih.

“Yuk kita rekam, terus kita masukkan ke YouTube..” 

Dua jam sudah Alvaro kesurupan berbagai hantu, seluruh warga yang membantu adik Azada membawa masalah ini ke jalur hukum. Merasa semu warga telah ikut campur, dengan kekuatan yang ia miliki Rachel membunuh warga dengan makanan dan minuman yang sedang di sajikan di racuni dengan bangkai hewan liar. Hingga semua warga sebagian meninggal. Rachel bagaikan psikopat membunuh orang dan diri mereka sendiri. 

*** 

Pagi ini Bu Alina datang ke rumah Bu Rachel, tetangga baru. Aku baru saja buat kue bolu rasa Caramel. Aku ketuk pintu rumah beliau, tak beberapa lama seorang perempuan memakai kemeja warna coklat menghampiri pintu masuk rumah.

“Assalamualaikum, Ibu maaf apakah Ibu Rachel ada di dalam?” tanya Bu Alina tersenyum.

“Walaikumsalam, Ada Bu, ada perlu apa ya?” ucap asisten rumah tangga Bu Rachel ramah.

“Saya mau kasih undangan pernikahan anak saya dan ini ada kue untuk Ibu Rachel dan keluarga.” kata Bu Alina menatap ART Bu Rachel seperti ada yang ditutupi.

“Mari, Bu masuk. Saya panggil terlebih dahulu nyonya dulu..” Bu Alina memasuki rumah Bu Rachel, tetangga rumahnya di Bandung serta sahabat mendiang adik tirinya – ibu dari Azada dan Alvaro. Dialah yang tahu semuanya tentang kejadian dua puluh tahun yang lalu. 

“Hallo, Bu Alina apa kabar?” sapa Bu Rachel pura-pura tersenyum.

“Ngapain ini perempuan badak datang ke rumah gua..” gumam Bu Rachel tersenyum sinis. 

“Ibu, Alhamdulillah saya baik. Bagaimana kabar Ibu?” tanya Bu Alina memandang ke arah penjuru ruangan.

Seketika terjadi pertengkaran antara Radit, anak Bu Rachel dengan Azada. Bu Alina yang sedang berada di sana terkejut melihat Azada dan Alvaro anak sahabatnya yang dahulu ia rawat di Bandung kini penuh dengan lebam luka. Ketika, Bu Rachel menghampiri anaknya ia langsung merekam aksi pertengkaran ini. 

Keesokan siangnya, Bu Alina datang ke rumah Bu Rachel dengan tujuan ingin memberikan dress warna gold. Untungnya, ia sudah memberikan pesan kepada tetangganya. Namun, ia mendapat pesan masuk dari Bu Rachel ia sedang melakukan tugas ke Bali selama dua minggu. Pembantunya sedang pulang kampung.  

“Memang dari awal aku mulai curiga dengan mereka. Aku akan buka aibmu, Rachel dan suamimu. Kamu melakukan segala cara untuk menukar bayi Azada dan Alvaro dengan anak jin,” gumam Bu Alina kesal. 

“Masa aku harus asuh mereka berdua?” protes Bu Rachel dalam hati.

“Nggak apa-apa lah siapa tahu aku bisa mencari barang bukti..” batin Bu Alina tersenyum licik. 

Selama di rumah Bu Rachel, ia sambil membaca novel Fizzo. Hanya ada Bu Aisyah dan Teh Rita yang sedang memasak di dapur. Bu Alina langsung mendekati mereka berdua. 

“Permisi Bu Ai, Teh Rita.. Aku boleh duduk di sini?” ucap Bu Alina tersenyum. 

“Mangga, Bu Lina.. Kalau boleh tau ibu ada perlu apa kesini?” tanya Teh Rita penasaran. 

“Saya mengantarkan dress ini untuk acara kondangan anakku minggu depan. Karena kan, aku dan Bu Rachel sudah kenal..” ucap Bu Alina berbohong. 

“Oh gitu, tapi aku bertanya..” Seketika Bu Aisyah menempuk kaki Teh Rita agar jangan bicara yang aneh-aneh.

“Mau bicara apa?” tanya Bu Alina penasaran. 

“Alvaro sudah meninggal dua hari yang lalu, sekarang jenazahnya dikubur di ruang bawah tanah..” Seketika Bu Alina kaget dengan ucapan Teh Rita yang dibenarkan oleh Bu Aisyah. 

“Ini beneran, Bu, Teh?” ucap Bu Alina tak percaya.  

“Sudah viral video mereka berdua membunuh Alvaro, Bu.. Masuk ke berita dan sekarang sedang diselidiki oleh polisi. Namun, kemarin mereka berdua melakukan konferensi pers di depan media bahwa itu semua adalah murni kecelakaan..” Bu Alina membaca berita tersebut dengan perasaan campur aduk sedih dan kesal.  

Setelah kejadian yang menimpa adiknya, sang abang Azada kabur dari rumah Tante Rachel yang sangat kejam. Ia menjadi suruhan Rachel untuk membersihkan rumah. Tiap hari Rachel, Andrian, dan Radit berani menendang dan mengurung di ruangan bawah tanah. Di sisi lain Bu Alina selalu datang ke rumah Rachel ketika mereka bertiga sedang tak ada di rumah. Sengaja beliau membuat rencana bersama Bu Aisyah dan Teh Rita agar membawa Azada kabur dari rumah. Rencananya ia dan dua asisten rumah tangga Bu Rachel akan menjadi saksi dalam kasus pembunuhan berencana dan pemukulan serta menghina keponakannya. 

“Ya Tuhan, kenapa hidupku seperti ini?” gumam Rachel yang kini sudah berada di jeruji besi.

Rachel selama di penjara selalu teriak-teriak karena merasa hidupnya tidak adil. Anaknya Bernama Radit tak peduli dengannya. Semua ini karma telah membunuh Alvaro dengan bantuan jin. Suatu malam, ia sangat kelaparan penghuni sel sudah tidur dengan nyenyak. Karena ia kelaparan, Rachel berencana akan bermain ‘sandiwara’ dengan salah satu sipir berotot yang banyak penghuni sel Wanita ini cerita jika Anton bukanlah sipir melainkan kaki tangan papa Azalea, perempuan berusia 29 tahun yang dipenjara karena kata orang memakai barang haram. 

“Hallo, Pak.. ada yang pingsan di sini.” Teriak Rachel membuat semua orang yang berada di sel tersebut terbangun. Suara teriakan Rachel membuat Anton yang sedang tidur terbangun dan berjalan kea rah sel nomor 5 tempat Rachel dan enam orang lainnya ditahan. 

“Ada apa, Nyonya Cantik.. Kamu mengganggu hidup saya saja..” kata Anton menahan mengantuknya.

Dengan ide cemerlang yang ia buat, Rachel membisikkan ke telinga Anton tentang uang senilai 200 Miliar Rupiah jika ia membawa kabur dirinya ke kota. Awalnya, sipir ini tak mau, setelah ia mengeluarkan handphone bobanya dari saku celana. Ia memperlihatkan nominal 250 juta rupiah.

“Ini uangku di e-mbangking BCA hasil kerjaku di butik Jakarta. Kalau kamu membebaskanku, aku akan angkat menjadi manager di butik dan perusahaan kuliner lainnya di Bali, Lombok, dan Bandung..” Rachel ini bisa dibilang Wanita yang bisa memutar balikkan fakta, membohongi orang dan ujungnya orang yang mendengar ucapan Rachel akan percaya. Semua itu karena ia punya ‘pelindung’ seorang jin Wanita di dalam tubuhnya. Jika, ia berbicara maka semua orang akan percaya dan tunduk kepadanya.

“Jangan percaya sama dia, Pak.. Uang itu pasti hasil dari pria jelek.” Kata Madam Anita, senior penghuni sel yang telah dipenjara selama 20 tahun lamanya akibat pembunuhan sepuluh mantan karyawannya.

“DIAM KAMU!!!” Rachel tak takut jika dirinya dihukum lebih lama, karena menurutnya perempuan Bernama Madam Anita Wanita tua renta yang memasuki usia 59 tahun yang hidupnya sengsara.

“Wanita tua kamu ngapain di sini? Usiamu sudah 60 tahun, masih belum taubat?!” ucap Rachel menunjuk jari telunjuk ke Madam Anita.

“Kamu berani dengan saya, Madam Anita perempuan paling cantik dan kaya raya tujuh turunan. Gua bisa buat hidup lo hancur berkeping-keping, mala mini nama lo melayang!!!” Dengan lagak yang sok cantik dan kaya raya, Rachel membalas dengan hinaan yang menusuk siapa saja yang mendengarnya geram.

“LO MANUSIA JAHANAM, ANITA JELEK KAMPUNGAN.. Gua masih punya harta seperti mobil, rumah, bahkan emas batangan yang bisa dijual beli kota ini!!!” Seketika Madam Anita mengambil batu besar yang ada di pojok ruangan sel. 

Batu itu dilemparkan ke arah Rachel, namun sayangnya batu itu melesat jauh kea rah Annisa dan Caca, penghuni sel yang sedang sakit akibat penyakit maag dan asma. Malam itu, mereka berdua dinyatakan meninggal dunia, Caca yang memiliki penyakit asma seketika meninggal di tempat dalam keadaan menangis meratapi hidupnya. Sedangkan Annisa meninggal akibat batu besar yang mengenai bagian kepalanya. Sel tahanan malam itu heboh dengan kematian Annisa dan Caca. Tiga sipir membawa Rachel dan Madam Anita untuk diperiksa lebih lanjut, sedangkan tim medis membawa Annisa dan Caca menuju ke mobil ambulans.

 

*** 

Lima tahun kemudian..

Perusahaan milik kedua orang tua Azada mengalami kemajuan. Lima perusahaan bidang tambang, batu bara, usaha kuliner, usaha toko emas, dan memiliki hotel dan resort di Bali dan tiga kota lainnya di Indonesia. Semua itu adalah hasil kerja keras papa dan mamanya. Pagi ini, ia berangkat ke kantor bersama sang supir pribadi papanya dahulu. Pak Agus dan adiknya Pak Reza bekerja sudah lama di rumah. Mereka berdua bersama istri menjaga rumah peninggalan kedua orang tua Azada.

Saat ini, Azada berkuliah di salah satu kampus negeri di Malang. Universitas Brawijaya, ia mengambil jurusan Psikologi dan kini sudah lulus dengan predikat “Cumlaude.” Selama perkuliahan sarjana, Azada menyukai perempuan cantik Bernama Adinda yang kini akan menjadi calon istrinya. Adinda sudah mengenal pacarnya sejak bertemu pertama kali di lapangan futsal. Azada menjadi perwakilan fakultas Psikologi dalam lomba futsal. Dari situlah, Azada dan Adinda bertemu dan saling makan siang bersama. 

Malam ini, Adinda mengajak Azada makan malam di rumah kedua orang tuanya. Papa Samuel dan Mama Bella ingin bertemu dengan calon mantunya. Ketika baru memasuki rumah, ia dikejutkan oleh Radit kakak tirinya yang sedang menyambut dirinya. Ada rasa penasaran di dalam hatinya, bukannya selama ini Radit adalah kakak tirinya yang jahat kepadanya? Mengapa dia tinggal di rumah mewah ini? Dengan sopan, Azada bertemu dengan kedua orang tua yang akan menjadi calon mertuanya. Namun, ada perasaan yang membingungkan ada foto masa kecil dirinya dengan lima orang yang dirinya tidak mengetahui.

“Selamat Datang Tuan Azada Putra Simbolon di istana megah. Mulai malam ini, kamu resmi menjadi bagian keluarga Simbolon, Papa akan menceritakan semuanya kepadamu. Mohon maaf, saya sudah terhasut oleh Adinda, istriku yang kini telah meninggal. Karena, dendam yang terjadi 30 tahun yang lalu, ibumu dibunuh oleh Rachel karena merasa anak tiri sukses dibandingkan dirinya anak kandung yang tak pernah mendapat pujian. Ia iri karena Bu Adinda, anak tiri Pak Abraham dari pernikahan dengan Amand Abraham Putri Lubis perempuan pekerja keras. 

“Oh seperti itu, Paman..” ucap Azada kesal namun tetap menahan amarah.

“Sekarang kamu tak perlu takut dengan mereka berdua.. Saat ini, Rachel akan mendapatkan karma atas perbuatannya di akhirat nanti!!!” kata Bu Mawar, ibunda dari Pak Abraham.

“Maafkan aku, Paman, Ibu, dan seluruh keluarga. Tak seharusnya aku tinggal disini, karena masa lalu bundaku aku tidak pantas mendapatkan kasih sayang dari kalian.. Biarkanlah aku tinggal di kota lain..” Azada pergi meninggalkan ayah kandungnya.

“Kamu nggak perlu pergi, Nak.. Ayah akan menggantikan bundamu, Adinda. Kamu pantas mendapatkan semua kasih sayang dari saya dan juga keluarga. Kami akan menjagamu dari serangan orang jahat seperti Rachel Wanita tak punya adab.

“Tapi..” 

“Raisa, Rissa, tolong kalian ajak adik kandung kalian ke kamar utama di lantai lima dengan balkon kota Jakarta.” perintah Pak Abraham lembut.

“Baik, ayah.. Ayo Bang Azada kami antarkan ke kamar.. Nanti malam, kita pesta barbeque di taman kolam renang..” kata Raisa dan Rissa tersenyum.

“Terima kasih, Kak..” 

***

Malam harinya, seluruh keluarga hadir pada acara santai di taman dekat kolam renang. Sudah ada Bu Mawar dan Pak Abraham dengan kemeja warna senada, biru dipadukan celana panjang merek mahal warna putih. Azada sedang sibuk bersiap-siap, entah apa yang ada dipikirannya saat ini. 

“Aku tidak perlu pakai jas ini, Kak Raisa..” ucap Azada sungkan.

“Ini perintah dari ayah, harus dituruti..” kata Raisa tersenyum.

Azada yang berbadan sixpack, tinggi 188 cm dan kulit putih dan mata sipit menjadikan para kaum hawa terpesona. Salah satunya adalah Megan, wanita yang dari tadi melihat ke arah Azada. Ketika, Megan melihat Azada seketika mereka berdua salah tingkah.

“Oh lo suka sama Megan, adik gua?” canda Andrian, sepupunya.

“Kalau aku suka sama saudara emang boleh ya?” tanya Azada lugu.

“Boleh aja kalau lo mau, tapi jangan sampai menyakiti dia ya..” ucap Andrian tertawa.

“Madam, setuju tidak kalau cucu pertama Madam nikah dengan Megan?” Seketika semua orang yang sedang menikmati masakan Madam Mawar tertawa.

“Cucumu mau nikah? Sekarang saja, Abraham..” canda Anita, adiknya.

“Iya, apalagi kita sama-sama orang Batak, nikahlah keburu nanti diambil orang loh..” kata Alex, adik iparnya.

“Yakin kau mau nikahkan dia dengan Megan? Bukannya aku tak mengizinkan, tapi dia sudah dijodohkan oleh CEO perusahaan tambang. Kamu tahu kan, kalau cowok anakku lebih baik daripada bocah ingusan itu..” Madam Mawar mendengar ucapan adik kembarnya Mommy Jasmine kesal.

“Kamu mau mengganggu hidupku lagi? Jangan sampai lo masuk penjara lagi gara-gara sikapmu.” Ancam Madam Mawar sinis.

“Aku akan menjodohkan cucu laki-laki lulusan SMP saja dibandingkan menjodohkan si cowok tampan yang tidak punya adab!!!” ucap Madam Mawar tegas.

“Emang kamu percaya dengan dia, Mawar? Nanti harta milikmu dicuri lagi, emasmu di gudang dan bawah tanah dijual..” Lagi-lagi Madam Mawar menahan agar dirinya tak naik darah.

“Macam-macam dengan keluargamu, aku pastikan kamu tenggelam di laut!!!” ancam Pak Abraham penuh dengan penekanan.

“Aku tak takut denganmu, Mawar.. Kau mikir ngapain kamu masih mau jadikan dia anak dan cucumu.. Kamu nggak tahu jika adiknya Alvaro dibunuh di kamar mandi?” kata Raya, membenarkan perkataan mamanya. 

“Semua yang kamu katakan Jasmine semua FITNAH!!! Cucuku tidak mungkin membunuh adiknya, jangan-jangan kamu yang bunuh dia!!” Terjadi acara jambak rambut dan kekerasan fisik diantara keduanya.

Yang seharusnya menjadi momen keluarga, seketika hancur berantakan. Semua keluarga kesal dengan Mommy Jasmine dan anaknya Raya yang menjadi kambing hitam. Adu domba dan fitnah kepada keluarga sendiri.

“Cukup!!! Aku muak lihat kamu, Jasmine sebelum aku bongkar rahasiamu.. Sekarang pulahlah kamu ke Singapura jangan pernah ganggu hidup keluargaku lagi, Oh.. jangan-jangan kamu  datang ke Jakarta sepertinya harta bendamu sudah di sita bank ya? Orang sombong dan jauh dari Allah SWT. pasti hidupnya akan hancur.” sindir Madam Mawar tersenyum puas.

“Justru kamu yang sudah membuat putriku kehilangan papanya selama ini.. Romeo meninggal gara-garamu yang sudah memberikan obat tidur. Kamu ambil harta bendaku ketika aku sedang bekerja di Kanada kan? Kamu iri usahamu gagal total karena sepi pengunjung, itulah karena lahir dari seorang ibu yang tak bertanggung jawab dan diangkat menjadi anak oleh Nenek Aprilia. Kalau tak mungkin kamu sudah jadi pengemis dan mati kelaparan.” Semua orang yang telah mengetahui cerita yang sebenarnya tak menyangka jika mereka berdua dari dulu sampai saat ini selalu bertengkar. Hingga Mommy Jasmine membawa senjata api di tas mewahnya dan siap menembak Madam Mawar. 

Suasana semakin kacau, semua keluarga melindungi Azada dan Pak Abraham dari serangan aksi tembak menembak. Dengan sigap, adik Pak Abraham menelepon polisi dan orang kepercayaan keluarganya yang biasa mengurusi tindak kriminal.

Karena acara yang tak kondusif, anak buah Pak Abraham siap membawa senjata untuk menangkap Mommy Mawar dan anaknya. Setelah polisi datang, mereka berdua dibawa ke kantor karena telah membunuh salah satu keluarga Abraham, bos perusahaan tambang di Indonesia.

“Maafkan aku, Jasmine kakakku.. Aku telah membunuh anak bungsumu, karena kamulah yang membuat suamiku Romeo meninggal.” gumam Mommy Mawar.

***

Keesokan harinya, Azada telah bangun dari tidur setelah semalam ia menonton film bersama dua sepupunya Megan dan Ardhan. Selama ini ia tak bisa tidur, makan saja hanya tahu, tempe, dan telur. Itu pun kalau dapat uang dari hasil kerja part time di cafe. Namun, kehidupan Azada berubah. Walaupun sudah tinggal di rumah ayah kandungnya, Azada tidak berhenti untuk mendoakan adiknya yang telah dipanggil Tuhan.

Azada tidak tahu jika adiknya saat ini sedang koma karena penyakit TBC. Madam Mawar yang selama dua minggu ini menutupi semuanya. Ia tak tega harus menceritakan keadaan adiknya kepada sang abang.

“Permisi, Tuan Zada dipanggil oleh Nyonya Madam Mawar di bawah.” kata asisten rumah.

“Iya, Mbak saya langsung menuju ke lantai bawah.”

Sesampainya di lantai bawah, betapa terkejutnya Azada melihat adiknya sedang koma melalui video call ayahnya di ruang ICU. Sang adik terlihat kurus, wajahnya pucat, dengan suara pelan menunjukkan senyum kecilnya. Ia melihatkan tulisan salam perpisahan kepada sang abang. Azada langsung lemas ketika dokter dan suster mencabut alat-alat yang menempel di tubuh Alvaro. Tepat jam 12.00 siang pada tanggal 05 Juni 2025, sang adik meninggal dunia.

Suara tangisan menggema, duka mendalam menyelimuti keluarga Abraham. Anak kandungnya meninggal  di usia 17 tahun tepat di usia abangnya 30 tahun. Mimpi sang ayah memang benar, anaknya harus pergi selama-lamanya...

TAMAT

Penulis : Attarumiaz Darnis


Tidak ada komentar